UTS IPA Semester Genap Kelas 9
Silahkan akses link g-form berikut untuk UTS IPA Semester genap. Perhatikan petunjuknya dan kerjakan sebisanya. Utamakan jujur. Selamat mengerjakan. Semoga sukses
Link: https://forms.gle/JMQYwmgJuTehzFWg6
UTS IPA Semester Genap Kelas 9
Silahkan akses link g-form berikut untuk UTS IPA Semester genap. Perhatikan petunjuknya dan kerjakan sebisanya. Utamakan jujur. Selamat mengerjakan. Semoga sukses
Link: https://forms.gle/JMQYwmgJuTehzFWg6
Klasifikasi Makhluk Hidup
1.
Tujuan Klasifikasi
Makhluk Hidup
Tujuan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah untuk
mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Tujuan
khusus/lain klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut:
a.
Mengelompokkan makhluk
hidup berdasarkan persamaaan dan perbedaan ciri-ciri yang dimiliki.
b.
Mendeskrpsikan
ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhuk hidup
dari jenis yang lain.
c.
Mengetahui hubungan
kekerabatan antar makhluk hidup
d.
Memberi nama makhluk
hidup yang belum diketahui namanya.
Klasifikasi memungkinkan kita untuk lebih memahami
kehidupan di dunia dengan membantu kita untuk:
a.
mengidentifikasi
makhluk hidup,
b.
memahami sejarah
makhluk hidup di dunia,
c.
menunjukkan kemiripan
dan perbedaan antara makhluk hidup,
d.
mengomunikasikan
secara tepat, akurat dan lebih mudah.
Dasar-dasar klasifikasi makhluk hidup, dapat berdasarkan:
a.
Klasifikasi makhluk
hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dimilikinya
b.
Klasifikasi makhluk
hidup berdasarkan ciri bentuk tubuh (morfologi) dan alat dalam tubuh ( anatomi).
c.
Klasifikasi makhluk
hidup berdasarkan manfaat, ukuran, tempat hidup, dan cara hidupnya.
2. Tahapan klasifikasi
Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui serangkaian tahapan.
Tahapan tersebut antara lain sebagai berikut.
a.
Pengamatan sifat
makhluk hidup Pengamatan merupakan proses awal klasifikasi, yang dilakukan
dalam proses ini adalah melakukan identifikasi makhluk hidup satu dengan
makhluk hidup yang lainnya. Mengamati dan mengelompokkan berdasarkan tingkah
laku, bentuk morfologi, anatomi, dan fisiologi.
b.
Pengelompokkan makhluk
hidup berdasarkan pada ciri yang diamati Hasil pengamatan kemudian diteruskan
ke tingkat pengelompokkan makhluk hidup. Dasar pengelompokkannya adalah ciri
dan sifat atau persamaan dan perbedaan makhluk hidup yang diamati.
c.
Pemberian nama makhluk
hidup Pemberian nama makhluk hidup merupakan hal yang penting dalam
klasifikasi. Ada berbagai sistem penamaan makhluk hidup, antara lain pemberian
nama dengan sistem tata nama ganda (Binomial Nomenclature) dan trinomial.
Dengan adanya nama makhluk hidup maka ciri dan sifat makhluk hidup akan lebih
mudah dipahami
3. Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Berdasarkan kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)
Sistem klasifikasi buatan mengutamakan tujuan praktis dalam
ikhtisar dunia makhluk hidup. Dasar klasifikasi adalah ciri morfologi, alat
reproduksi, habitat dan penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya).
Misalnya, pada klasifikasi tumbuhan ada pohon, semak, perdu, dan gulma.
Berdasarkan tempat hidup, dapat dikelompokkan hewan yang hidup di air dan hewan
yang hidup di darat. Berdasarkan kegunaannya, misalnya makhluk hidup yang
digunakan sebagai bahan pangan, sandang, papan dan obat-obatan.
b.
Sistem Klasifikasi
Alami (Natural)
Klasifikasi makhluk hidup yang menggunakan sistem alami
menghendaki terbentuknya takson yang alami. Pengelompokkan pada sistem ini
dilakukan berdasarkan pada karakter-karakter alamiah yang mudah untuk diamati,
pada umumnya berdasarkan karakter morfologi, sehingga terbentuk takson-takson
yang alami, misalnya hewan berkaki empat, hewan bersirip, hewan tidak
berkaki, dan sebagainya. Pada tumbuhan misalnya tumbuhan berdaun menyirip,
tumbuhan berdaun seperti pita, dan sebagainya.
c.
Sistem Klasifikasi
Filogenik
Sistem klasifikasi filogenik merupakan suatu cara
pengelompokkan organisme berdasarkan garis evolusinya atau sifat perkembangan
genetik organisme sejak sel pertama hingga menjadi bentuk organisme dewasa.
Sistem klasifikasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori evolusi.
Teori ini diperkenalkan oleh Charles Darwin (1859). Sistem klasifikasi filogeni
ini merupakan sistem klasifikasi yang mendasari sistem klasifikasi modern, yang
dipelopori oleh Hudchinson, Cronquist, dan lainnya. Makin dekat hubungan
kekerabatan, maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi antar takson.
Semakin sedikit persamaan maka makin besar perbedaannya, berarti makin jauh
hubungan kekerabatannya. Misalnya, orang utan lebih dekat kekerabatannya dengan
monyet dibandingkan dengan manusia. Hal itu didasarkan pada tes biokimia
setelah ilmu pengetahuan berkembang pesat, terutama ilmu pengetahuan tentang
kromosom, DNA, dan susunan protein organisme.
4. Pengklasifikasian Makhluk Hidup
Pada awalnya dalam klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok berdasarkan persamaan ciri yang dimiliki. Kelompok- kelompok
tersebut dapat didasarkan pada ukuran besar hingga kecil dari segi jumlah
anggota kelompoknya. Namun, kelompok-kelompok tersebut disusun berdasarkan
persamaan dan perbedaan. Urutan kelompok ini disebut takson atau taksonomi.
Kata taksonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis (susunan,
penyusunan, penataan) atau taxon (setiap unit yang digunakan dalam klasifikasi
objek biologi) dan nomos (hukum). Menurut Carolus Lennaeus, tingkatan takson
diperlukan untuk pengklasifikasian, yang berurutan dari tingkatan tinggi yang
umum menuju yang lebih spesifisik di tingkatan yang terendah. Urutan
hierarkinya yaitu :
-
Kingdom (Kerajaan)
-
Phylum (Filum) untuk
hewan / Divisio (Divisi) untuk tumbuhan
-
Classis (Kelas)
-
Ordo (Bangsa)
-
Familia (Keluarga)
-
Genus (Marga)
-
Spesies (Jenis)
Dari tingkatan di atas, bisa disimpulkan jika dari spesies
menuju kingdom, maka takson semakin tinggi. Selain itu jika takson semakin
tinggi, maka jumlah organisme akan semakin banyak, persamaan antar organisme
akan makin sedikit sedangkan perbedaanya akan semakin banyak. Sebaliknya, dari
kingdom menuju spesies, maka takson semakin rendah. Dan jika takson semakin
rendah, maka jumlah organisme akan semakin sedikit, persamaan antar organisme
akan makin banyak sedangkan perbedaanya akan semakin sedikit.
Dalam proses pengklasifikasian makhluk hidup perlu adanya
proses identifikasi. Identifikasi merupakan suatu proses yang dapat kita
lakukan untuk menentukan atau mengetahui identitas dari suatu jenis organisme.
Banyak metode yang dapat kita gunakan untuk mengetahui identitas suatu jenis
organisme, di antaranya dengan konfirmasi langsung kepada ahlinya, mencocokkan
dengan spesimen, atau dengan menggunakan suatu instrumen yaitu kunci
identifikasi atau kunci determinasi. Kunci determinasi tersebut merupakan
serangkaian pertanyaan yang dapat menggiring kita sehingga dapat mengetahui
nama dari jenis organisme yang ingin kita ketahui identitasnya. Kunci
determinasi merupakan cara atau langkah untuk mengenali organisme dan
mengelompokkannya pada takson makhluk hidup. Kunci determinasi adalah uraian
keterangan tentang ciri-ciri makhluk hidup yang disusun berurut mulai dari ciri
umum hingga ke ciri khusus untuk menemukan suatu jenis makhluk hidup. Kunci
determinasi yang paling sederhana ialah kunci dikotom. Kunci dikotom berisi
keterangan yang disusun berpasangan dan menunjukkan ciri yang berlawanan. Untuk
lebih jelasnya coba perhatikan contoh kunci determinasi dibawah ini (Wahono
dkk., 2016).
5.
Berikut Ini Video
Pembahasan Mengenai Klasifikasi Makhluk Hidup
Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup
1. Materi Genetika
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang tersusun dari DNA dan molekul lain di mana informasi genetik tersimpan sel. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang). Sifat-sifat kromosom adalah: (a). Hanya terlihat pada waktu sel membelah. (b). Mempunyai ukuran panjang antara 0,2 – 40 m (mikron). (c). Kromosom pada sel prokariotik hanya memiliki satu kromosom dan tidak terletak di dalam inti sel. (d). Kromosom sel eukariotik, jumlahnya bervariasi menurut jenis organisme dan terdapat di dalam nukleus. (e). Umumnya memiliki susunan kimia yang terdiri dari protein, DNA, dan RNA. (f). Protein terdiri dari histon dan nonhiston. (g). Memiliki beberapa enzim yang terlibat dalam sintesis DNA dan RNA.
Gen merupakan unit hereditas suatu organisme hidup, dan tersimpan dalam kedudukan tertentu pada kromosom. Gen ini berupa kode dalam material genetik organisme, yang kita kenal sebagai molekul DNA, atau RNA pada beberapa virus. Ekspresi gen dipengaruhi oleh lingkungan internal atau eksternal seperti perkembangan fisik atau perilaku dari organisme itu. Gen berupa daerah urutan basa nukleotida baik yang mengkode suatu informasi genetik (ekson) dan juga daerah yang tidak mengkode informasi genetik (intron). Hal ini penting untuk pembentukan suatu protein yang fungsinya diperlukan di tingkat sel, jaringan, organ atau organisme secara keseluruhan.
DNA adalah suatu polimer yang dibangun dari empat jenis monomer yang berbeda yang dinamakan dengan nukleotida. Informasi yang dimiliki gen diwariskan dalam bentuk urutan nukelotida spesifik masing-masing gen. DNA (deoxyribo-nucleic acid, asam deoksiribo-nukleat) merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk hidup dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Suryo, 2004:57). DNA merupakan suatu polimer nukleotida berupa rantai ganda yang berpilin (double heliks).
2. Pewarisan Sifat
a. Hukum Mendel
Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan sifat atau karakter dari keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu, tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan secara keseluruhan. Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka.
Mendell melahirkan hukum mengenai pewarisan sifat yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Dia menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciriciri yang akan muncul pada keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama yaitu Hukum Segregasi Bebas. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alel itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelnya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: 1) Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter yang sama. Ini adalah konsep mengenai alel. 2) Setiap individu diploid (2n) memiliki sepasang gen, satu dari induk jantan dan satu dari induk betina. 3) Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Kemudian Mendel meneliti dua ciri sekaligus, yakni bentuk biji (bulat atau keriput) dan warna biji (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam tidak muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama mempunyai benih kuning bulat. Gambar 2.7 menunjukkan bahwa ada 16 kombinasi gen pada keturunan ke dua (F2). Dari 16 kombinasi ini, bulat kuning ada 9, bulat hijau ada 3, kisut kuning ada 3, dan kisut hijau ada 1. Dengan demikian perbandingan kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau adalah 9 : 3 : 3 : 1. Perbandingan ini akan terpenuhi pada pembastaran dihibrid jika dua sifat tanda beda dalam keadaan dominan penuh dan kedua gen tersebut tidak terpaut satu sama lain.
3. Berikut Video Penjelasan Mengenai Pewarisan Sifat Pada Makhluk Hidup
Bioteknologi
1.
Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata
“bio” yang artinya makhluk hidup dan “teknologi” yang artinya suatu cara (alat)
untuk memudahkan manusia dalam memecahkan masalah atau membuat produk yang berguna.
Bioteknologi dapat didefinisikan sebagai penggunaan organisme atau bagian dari
organisme untuk membuat suatu produk atau jasa, sehingga dapat mensejahterakan
manusia. Bioteknologi
adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang dapat
digunakan oleh manusia.
2.
Jenis Bioteknologi
Bioteknologi itu dibagi menjadi dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, jamur. Sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, kultur jaringan. Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan. Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung. Penerapan Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Bahan Makanan Penerapan bioteknologi konvensional dalam pengolahan bahan makanan diantaranya Yaitu dengan memproduksi makanan dengan bantuan mikroba (tape singkong, nata de coco, yogurt, keju dll)
3.
Dampak Bioteknologi terhadap lingkungan
Tanaman atau hewan transgenik
memiliki susunan gen yang telah dimodifikasi, baik ditambahkan suatu gen atau
dilakukan pengurangan suatu gen organisme tersebut. Organisme transgenik ini
jika tidak dikelola dengan baik, akan dapat mencemari keanekaragaman gen yang
ada di lingkungan alami atau merusak plasma nutfah. Plasma nutfah merupakan
materi yang membawa sifat suatu makhluk hidup. Proses pencemaran tersebut
dikenal dengan polusi gen. Misalnya, pengembangan tanaman jagung transgenik
yang tahan terhadap herbisida, jika jagung transgenik ini ditanam di lahan
alami, maka serbuk sari dapat membawa gen jagung transgenik dan menyerbuki jagung alami. Penyerbukan
seperti ini membuat gen-gen pada jagung alami terkontaminasi dengan gen-gen
dari tanaman jagung transgenik. Tanaman
transgenik biasanya merupakan tanaman unggul. Sifat unggul ini membuat petani
lebih cenderung menanam tanaman transgenik (monokultur) dan tidak lagi menanam
tanaman lokal. Akibatnya, tanaman lokal (bukan tanaman transgenik) akan menjadi
langka. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah plasma nutfah.
Penggunaan tanaman transgenik juga dapat menimbulkan hama baru yang lebih kuat
daripada hama sebelumnya dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
4.
Dampak Bioteknologi terhadap Kesehatan
Banyak masyarakat yang khawatir
bahwa pengembangan tanaman dan hewan transgenik berbahaya bagi kesehatan
manusia. Hal ini disebabkan di dalam organisme transgenik terdapat kombinasi
gen baru, yang jika dikonsumsi oleh manusia dikhawatirkan dapat memicu
munculnya penyakit pada beberapa orang yang sensitif terhadap zat yang
dihasilkan oleh organisme transgenik. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
tanaman kedelai transgenik yang mengandung gen dari kacang Brazil dapat memicu reaksi
alergi pada orang tertentu yang sensitif terhadap kacang Brazil. Meskipun
demikian, tidak semua orang mengalami reaksi alergi karena mengonsumsi produk
83 Ilmu Pengetahuan Alam tanaman atau hewan transgenik. Beberapa produk
bioteknologi lainnya, seperti alkohol dapat disalahgunakan untuk dibuat menjadi
minuman beralkohol yang apabila dikonsumsi terus-menerus dapat menimbulkan
dampak buruk bagi kesehatan.
5. Dampak Bioteknologi terhadap sosial dan ekonomi
Berbagai produk dari bioteknologi juga berpengaruh terhadap bidang ekonomi dan sosial. Seseorang yang memiliki modal dapat mengembangkan pertanian transgenik yang dapat meningkatkan hasil panen menjadi sangat berlimpah dengan kualitas sangat baik. Tindakan ini tentunya dapat membuat petani tradisional kalah bersaing dalam pemasaran, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi petani tradisional. Jika masalah ini terus berlanjut, maka akan menimbulkan kesenjangan perekonomian yang semakin besar. Begitu juga apabila negara yang sudah maju dalam mengembangkan organisme transgenik memasarkan produknya dalam perdagangan internasional, tentunya produk negara berkembang akan kalah. Akibatnya penghasilan negara pun dapat berkurang.
6. Berikut ini Video penjelasan mengenai Bioteknologi
Pembelahan Sel
Perbedaan |
Mitosis |
Meiosis |
Jumlah
Pembelahan |
Hanya satu pembelahan |
Biasanya dua pembelahan dan lebih
bertahap |
Tujuan |
Untuk
reproduksi aseksual, pertumbuhan dan reparasi sel. Juga Untuk perkembangbiakan organisme eukariotik uniseluler. |
Membutuhkan rekombinan dan proses
reproduksi seksual. Juga untuk mengurangi jumlah kromosom. |
Isi Duplikasi |
Konten berupa kromosom dan material sitoplasma. |
Tidak diplikasi kromosom dan sitoplasma pada pembelahan pertama. pembelahan kedua sama dengan
mitosis dan jumlah
kromosom tidak berkurang |
Persilangan |
Tidak
terjadi persilangan |
Terjadi proses persilangan (Cross over) |
Sentromer |
Sentromer terpisah pada fase
anafase |
Sentromer tidak terpisah pada fase
anafase I, tetapi pada anafase
II meiosis |
Sitokinesis |
Sitokinesis terjadi hanya sekali |
Sitokinesis terjadi dua kali, yaitu pada
fase telofase I dan
telofase II. |
Jumlah Sel Anak |
2 sel |
4 sel |
Sifat Sel Anakan |
Identik dengan sel induk |
Tidak
identik dengan sel induk (terjadi kombinasi gen) |
Sifat
kromosom sel anak hasil
pembelahan dari sel induk
diploid (2n) |
Diploid (2n) |
Haploid (n) |
Peranan
bagi organisme eukariotik multiseluler |
Menghasilkan sel somatik |
Menghasilkan sel-sel
gamet |
Interkinesis |
Tidak ada |
Ada, antara meiosis I dengan meiosis II |
Metafase |
Kromosom berjajar di bidang ekuatorial dalam 1 baris |
Metafase II : kromosom berjajar di bidang
ekuatorial dalam 1 baris |
Duplikasi kromosom (kromatid saudara) |
Pada awal profase |
Para pertengahan profase
I (fase pakiten) |
Sinapsis kromosom homolog |
Tidak terjadi |
Terjadi pada profase
I |
Pindah
silang (crossing over)
gen pada kromosom |
Tidak ada |
Ada |
Sentromer saat anafase |
Terbagi
2 sehingga kromatid memisah saat
anafase |
Pada anafase
I, sentromer belum memisah. Sentromer memisah saat anafase II |
Anafase |
Memisahkan kromatid saudara |
Anafase
I : memisahkan pasangan
kromosom homolog, Anafase II : memisahkan kromatid saudara |